Pada bulan-bulan yang lalu, aksi unjuk rasa yang dilakukan
oleh mahasiswa sangat dahsyat, sementara di sisi lain kegiatan diskusi dan
pendalamanan agama masih tetap semarak.
Mau tak mau terpaksa kita harus menyorotkan pandangan kembali
ke kampus akibat timbulnya aksi-aksi protes mahasiswa tentang berbagai kasus
yang menyangkut ketidakadilan, kekerasan, hak asasi atau Ujian Negara
Persamaan, Semester Pendek, DO dan lain-lain. Dari kasus-kasus ini timbullah
banyaknya kelompok-kelompok studi mahasiswa untuk menyikapinya.
Munculnya kelompok-kelompok studi mahasiswa ini banyak
menarik minat mahasiswa untuk mengikutinya sehingga acapkali kelas hanya
dijadikan formalitas saja. Perhatian mahasiswa lebih banyak terkuras untuk
aktif di kelompok studi mahasiswa ini. Sehingga dapat menimbulkan dampak
positif maupun negatif tergantung dari pemimpinnya untuk membawa arah kelompok
studinya. Salah satu kelompok studi mahasiswa terbesar adalah kelompok
keagamaan Islam yang berpusat di Mesjid.
DarApkali muncul kritikan-kritikan pedas dan gerakan-geralan
sumbang yang dapat meresahkan kehidupan, baik itu kehidupan kampusnya sendiri
maupun kehidupan bangsa.
Kejadian-kejadian yang melibatkan mahasiswa banyak terjadi,
Demo Ujian Negara Persamaan, Pendudukan satu hari Rektorat, kasus trisakti yang
menggegerkan kehidupan mahasiswa, itu merupakan sebagaian gerakan studi
mahasiswa. Untuk itu, maka perlu rasanya pemantauan dan penelitian dari para
pakar atau para pemerhati kehidupan kampus untuk terjun langsung ke bawah
meneliti dan mengamati, apakah pembentukan studi mahasiswa ini yang di sebut
usrah sebagai bentuk protes ketidakpuasan mereka ataukah benar-benar tercetus
kesadaran dari mereka untuk mengkaji dan menghayati agama dengan
sebaik-baiknya. Sudah seyogyanya para tokoh untuk turun kelapangan dan menggali
langsung keterangan dan pengakuan mereka yang terlibat langsung.
Kalau saya amati kelompok-kelompok studi Islam di kampus ini
merupakan kelanjutan dari pendidikan agama di kelas dalam rangka menjabarkan
lebih mendalam pola dasar pendidikan agama Islam di perguruan tinggi yang
terdiri atas tiga komponen, yaitu akidah, syariah dan akhlak sebagai komponen
pertama, pengembangannya sebagai komponen kedua, dan Islam untuk disiplin Ilmu
sebagai komponen ketiga. Komponen-komponen ini diusahakan untuk tercermin dalam
kegiatan-kegiatan agama di kampus, termasuk khotbah jumat dan ceramah-ceramah
pendalaman Islam atau program-program peribadatan, pendidikan dan pengabdian
masyarakat.
Seperti didirikannya mesjid-mesjid di berbagai kampus, Arif
Rahman di UI Salemba, Salman di ITB, Al-Ghifari di IPB, Salahuddin di UGM,
Syamsul Ulum di STT Telkom dan lain-lain, mempunyai latar belakang dan suasana
yang mendorong munculnya mesjid-mesjid itu tidak sama, tetapi fungsinya tidak
pernah bergeser atau berubah.Selain sebagai tempat bersujud ke hadapan Illahi
Rabb, juga sebagai pusat kehidupan keagamaan di kampus, untuk membina dan
mendidik manusia menjadi isnsan yang beriman, berilmu, berakhlak, dan beramal
saleh sepaya dapat menjalankan tugasnya selaku umat dan warga negara yang baik,
bertanggung jawab kepada Allah, kepada sesama manusia dan kepada dirinya
sendiri serta dengan bijak memelihara lingkungan hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar