Senin, 23 Januari 2012

Bagaikan Banjir Jilbab




Pada bulan-bulan yang lalu, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa sangat dahsyat, sementara di sisi lain kegiatan diskusi dan pendalamanan agama masih tetap semarak.

Mau tak mau terpaksa kita harus menyorotkan pandangan kembali ke kampus akibat timbulnya aksi-aksi protes mahasiswa tentang berbagai kasus yang menyangkut ketidakadilan, kekerasan, hak asasi atau Ujian Negara Persamaan, Semester Pendek, DO dan lain-lain. Dari kasus-kasus ini timbullah banyaknya kelompok-kelompok studi mahasiswa untuk menyikapinya.

Munculnya kelompok-kelompok studi mahasiswa ini banyak menarik minat mahasiswa untuk mengikutinya sehingga acapkali kelas hanya dijadikan formalitas saja. Perhatian mahasiswa lebih banyak terkuras untuk aktif di kelompok studi mahasiswa ini. Sehingga dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif tergantung dari pemimpinnya untuk membawa arah kelompok studinya. Salah satu kelompok studi mahasiswa terbesar adalah kelompok keagamaan Islam yang berpusat di Mesjid.

DarApkali muncul kritikan-kritikan pedas dan gerakan-geralan sumbang yang dapat meresahkan kehidupan, baik itu kehidupan kampusnya sendiri maupun kehidupan bangsa.

Kejadian-kejadian yang melibatkan mahasiswa banyak terjadi, Demo Ujian Negara Persamaan, Pendudukan satu hari Rektorat, kasus trisakti yang menggegerkan kehidupan mahasiswa, itu merupakan sebagaian gerakan studi mahasiswa. Untuk itu, maka perlu rasanya pemantauan dan penelitian dari para pakar atau para pemerhati kehidupan kampus untuk terjun langsung ke bawah meneliti dan mengamati, apakah pembentukan studi mahasiswa ini yang di sebut usrah sebagai bentuk protes ketidakpuasan mereka ataukah benar-benar tercetus kesadaran dari mereka untuk mengkaji dan menghayati agama dengan sebaik-baiknya. Sudah seyogyanya para tokoh untuk turun kelapangan dan menggali langsung keterangan dan pengakuan mereka yang terlibat langsung.

Kalau saya amati kelompok-kelompok studi Islam di kampus ini merupakan kelanjutan dari pendidikan agama di kelas dalam rangka menjabarkan lebih mendalam pola dasar pendidikan agama Islam di perguruan tinggi yang terdiri atas tiga komponen, yaitu akidah, syariah dan akhlak sebagai komponen pertama, pengembangannya sebagai komponen kedua, dan Islam untuk disiplin Ilmu sebagai komponen ketiga. Komponen-komponen ini diusahakan untuk tercermin dalam kegiatan-kegiatan agama di kampus, termasuk khotbah jumat dan ceramah-ceramah pendalaman Islam atau program-program peribadatan, pendidikan dan pengabdian masyarakat.

Seperti didirikannya mesjid-mesjid di berbagai kampus, Arif Rahman di UI Salemba, Salman di ITB, Al-Ghifari di IPB, Salahuddin di UGM, Syamsul Ulum di STT Telkom dan lain-lain, mempunyai latar belakang dan suasana yang mendorong munculnya mesjid-mesjid itu tidak sama, tetapi fungsinya tidak pernah bergeser atau berubah.Selain sebagai tempat bersujud ke hadapan Illahi Rabb, juga sebagai pusat kehidupan keagamaan di kampus, untuk membina dan mendidik manusia menjadi isnsan yang beriman, berilmu, berakhlak, dan beramal saleh sepaya dapat menjalankan tugasnya selaku umat dan warga negara yang baik, bertanggung jawab kepada Allah, kepada sesama manusia dan kepada dirinya sendiri serta dengan bijak memelihara lingkungan hidupnya.


           




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar